Dahulu antara tahun 1964 s/d 1970 pasar Lirik tidak seperti sekarang. Pada tahun-tahun tersebut Pasar Lirik hanya sebagaian kecil bangunan saja seperti yang terlihat pada gambar diatas. Saat itu tidak banyak orang berdagang di Pasar Lirik, sementara penduduk Lirik saat itu yang notabene karyawan PTSI- Lirik mengharapkan di pasar juga terdapat tempat makan juga tempat berbelanja sandang pangan.
Oleh sebab itu setiap hari Minggu banyak karyawan beserta keluarga yang berbelanja ke Airmolek yang saat itu memiliki pasar yang lebih lengkap. Karena keterbatasan kendaraan saat itu, PTSI menyediakan mobil Truk yang sehari-hari digunakan untuk mengangkut alat-alat berat untuk mengangkut orang. Begitu banyaknya orang yang berangkat ke Airmolek sehingga saat itu dibutuhkan 4 buah truk yang melayani Lirik - Airmolek khusus mengantar dan menjemput warga Lirik berbelanja ke Airmolek.
Dapat dibayangkan alangkah tidak nyamannya 'menumpang' mobil truk tanpa bangku(kira-kira seperti mobil truk pengangkut pasir saat ini) tetapi mobil truk lirik masih ada atapnya
Adalah Bapak John Karamoy, Area Manager PTSI Lirik saat itu yang peduli dengan keadaan tersebut. Beliau mencarikan jalan supaya warga Lirik tidak bersusah payah berbelanja memenuhi kebutuhan sehari-hari. Maka dipilihlah satu cara yaitu dengan cara membangun pasar Lirik mendatangkan pedagang dari Airmolek ke Lirik hari Sabtu, karena hari Minggu adalah hari pasar di Airmolek. Sehingga dengan demikian hanya satu truk saja saat itu yang dibutuhkan untuk angkutan pedagang dari Airmolek ke Lirik dan sebaliknya.
Setelah berlangsung beberapa lama terciptalah pasar di Lirik setiap hari Sabtu. Pedagang dari Airmolek yang sudah mendapatkan pelanggan di Lirik dengan sukarela datang menggunakan mobil tambang atas biaya sendiri. Pihak PTSI tidak lagi menyediakan truk.
Dipasar Lirik saat itu selain kebutuhan sayur mayur ada juga Toko Indragiri, tempat makan yang selalu ramai dikunjungi warga Lirik namanya 'Depot Tanamogo ' yang menyediakan Es Tebak dan Sate Mak Punder.