Kurang lebih jam 3 sore Mbak Menik mulai berkeliling
mengantarkan pesanan roti kepada pelanggan setianya. Seperti yang dilakukan
dulu oleh Ayahnya, Le’ Soegeng berkeliling Lirik dengan sepeda lengkap dengan
boks aluminium berisi berbagai macam roti manis dan roti tawar. Sepeninggal
Ayahandanya Mbak Menik meneruskan usaha roti keluarga yang telah berdiri sejak
tahun 1968, dengan tetap berkeliling – sekarang- menggunakan Honda atau sepeda
motor. Selain keliling juga dititipkan di Bumdes Gudang Batu. Biasanya roti
yang diproduksi setiap harinya habis terjual dan jika masih ada, sebelum
kembali ke Gudang Batu biasanya mangkal dulu di sekitar Garasi Lirik.
Sampai hari ini roti Le’ Soegeng Gudang Batu masih berproduksi dengan rasa dan
aroma yang masih seperti dulu, roti isi kelapa dan srikaya nya banyak digemari
masyarakat Lirik disamping roti tawar yang tetap setia menemani saat-saat
sarapan keluarga di Lirik.
Ada yang berbeda saat penulis mendatatangi tempat roti Le Soegeng di produksi di Gudang Batu ini, dulu proses pemanggangan roti menggunakan tungku dengan api bagian atas dan bawah sebagai pemanas yang diatur secara manual. Sekarang proses pemanggangan sudah menggunakan oven yang dapat mengatur secara otomatis suhu pembakarannya bagian atas maupun bawah.
(Kiriman Mbak Yuni, Rejosari- Lirik)