Friday, 6 August 2010

WISATA SEJARAH KE PULAU PENYENGAT

Kiriman Daniel Asnur – Lambangsari V Lirik - Jakarta


Ini gurinmdam pasal yang ke enam:
“ Cahari olehmu akan sahabat,yang boleh dijadikan obat.
Cahari olehmu akan guru,yang boleh tahukan tiap seteru.
Cahari olehmu akan isteri,yang boleh menyerahkan diri.
Cahari olehmu akan kawan,pilih segala orang yang setiawan.
Cahari olehmu akan abdi,yang ada baik sedikit budi “ (Raja Hali Aji)
Pulau Penyengat berjarak lebih kurang 35 km dari pulau Batam. Persisnya pulau Penyengat terletak disebelah barat kota Tanjungpinang sejau lebih kurang 6 Km. Luasnya sekitar 3,50 km. tanahnya berbukit-bukit terdiri dari pasir bercampur kerikil, sementara pantainya umumnya landai, sebahagian berumput, sebahagian lagi berbatu berkarang. Diantara Pulau Penyengat dan Tanjungpinang terdapat selat yang lebarnya sekitar 1,5 km yang dapat dilewati dengan perahu. Pulau Penyengat lebih tersohor di mancanegara daripada di negeri sendiri itulah kenyatannya
Konon ceritanya , pulau kecil/mungil di Kepulauan Riau ini sudah lama dikenal para pelaut sejak berabad-abad yang lalu karena menjadi tempat persinggahan untuk mengambil air tawar yang cukup banyak tersedia dipulau itu. Menurut hikayat legenda lebih lanjut, nama Penyengat diberikan kepada pulau itu, karena di pulau itu terdapat banyak lebah yang sering menyengat para pelaut yang sedang mengambil air tawar.
Menurut sejarah pada waktu pemerintah Sultan Mahmud Syah (1761-1812 M), ketika beliau menikah dengan Engku putri binti Raja Haji Syahid Fisabilillah sekitar tahun 1801 M, pulau ini diserahkan kepada permaisurinya sebagai mahar atau maskawinnya. Karena peranan pulau penyengat seangat penting didalam kesejarahan Kerajaan Riau itulah, pulau penyengat ini menjadi terkenal dan menarik minat orang untuk berkunjung.
Pulau Penyengat merupakan salah satu dari obyek wisata di Kepulauan Riau. Tak ada suasana gemerlap, atau gemuruh kendaraan roda empat di Pulau Penyengat . Pulau Penyengat menampilkan diri sebagai tempat yang sangat alami dan bersahaja. Semua serba apa adanya. Namun, justru kebersahajaan inilah yang membuat Pulau Penyengat memiliki daya tarik begitu kuat. Menjelang mendarat di Pulau Penyengat, udara yang begitu segar mulai terasa di sekujur badan dan menerobos hidung. Hamparan rumah penduduk yang berbentuk panggung mulai terlihat, di belakangnya, menghijau rerimbunan pohon. Melihat semua ini, siapapun ingin segera menjejakkan kaki di pulau itu. Selain suasana alami nan bersahaja, Pulau Penyengat memiliki sejumlah bangunan bersejarah yang terawat baik. Salah satunya adalah Masjid Pulau Penyengat. Bisa dibilang, inilah landmark Pulau Penyenga selain Mesjid Pulau Penyengat banyak Objek-objek wisata sejarah yang dapat dilihat.
Jika suatu kali berkesempatan mengunjungi pulau ini, sempatkan untuk mengelilinginya. Dijamin, hal ini tidak akan menguras energi dan kantong. Hanya butuh waktu 45 menit untuk mengelilingi pulau. Maklum, Pulau Penyengat memang tidak besar, bahkan bisa dibilang kecil/mungil. Sementara kendaraan yang tersedia adalah becak motor. Untuk satu kali keliling pulau dengan kendaraan yang bisa memuat dua penumpang ini, pengemudi mematok harga Rp 20 ribu. Jangan sekali-kali membayangkan bisa naik mobil di sini. Sebab, memang tak ada kendaraan bermotor dengan roda lebih dari tiga di pulau ini. Tak heran, jalan-jalan di Pulau Penyengat umumnya sempit hanya bisa dilewati satu becak motor dan satu sepeda motor saja , ternyata juga tidak nampak bangunan penginapan apalagi hotel. Tidak usah khawatir para pelancong bisa bermalam dan bermukim di Tanjung Pinang (ada hotel kelas Melati hingga hotel bintang 3) atau bisa juga bermalam di Kota Batam. Sedangkan bagi para pelancong yang hendak berburu kuliner, di Tanjung Pinang dan Kota Batam banyak tersebar Rumah Makan/Restoran yang menyajikan aneka makanan khas Padang, China ataupun Melayu; selain itu banyak pula kita jumpai Cafe atau Kedai Kopi.


Bagaimana ke Pulau Penyengat ? Kalau kita hendak ke Pulau Penyengat kita dapat melalui Kota Tanjung Pinang (di P. Bintan) atau lewat Kota Batam (P. Batam). Apabila ingin ke Pulau Penyengat lewat kota Batam melalaui pelabuhan Tanjung Punggur (dari kota Batan ke Tanjung Punggur naik taxi 30 menit dg ongkos 75 ribu) dibutuhkan waktu 1 jam untuk sampai di Pulau Bintan/Tanjung Pinang dengan kapal feri (ongkos 45 ribu/orang sekali jalan Tanjug Pungur – Bintan Port/Tanjung Pinang).
Dari Pulau Bintan/Tanjung Pinang perjalanan dilanjutkan dengan menumpang kapal kecil bermotor/pompong (cukup bagi sepuluh penumpang dewasa) melalui pelabuhan rakyat dengan sebutan pelontar. Dengan kapal ini, perjalanan menuju Pulau Penyengat ditempuh dalam waktu sekitar 15-20 menit dengan ongkos 3 ribu rupiah sekali jalan/orang .
Sedangkan dari Pekanbaru dan Jakarta apabila akan menuju ke Kota Batam dan Kota Tanjung Pinang mengunakan tranportasi pesawat udara. Alternatif lain dari Pekanbaru menuju ke Batam dapat ditempuh dengan menggunakan kapal Feri.

MESJID RAYA SULTAN RIAU
Berbeda dengan bangunan masa kini, masjid ini dibangun dengan menggunakan campuran putih telur untuk memperkuat dinding kubah, menara, dan bagian lainnya. Konon, dibutuhkan telur berkapal-kapal untuk mendirikan masjid ini. Sedangkan kuning telurnya dipakai untuk mewarnai dinding dan kubah masjid. Masjid yang berdiri pada 1 Syawal 1249 Hijriah atau pada tahun 1832 Masehi ini didirikan oleh Yang Dipertuan Muda VII, Raja Abdul Rahman.
Mesjid ini merupakan bangunan yang unik dengan panjang 19,8 meter dan lebar 18 meter, rungan tempat sembahyang disangga oleh 4 buah tiang besar, atapnya berbentuk kubah sebanyak 13 buah dan menara sebanyak 4 sebuah, semuanya berjumlah 17 sesuai dengan rakaat sebahyang sehari semalam.
Di dalam mesjid ini juga terdapat kitab suci Al-Quran yang ditulis tangan, serta lemari perpustakaan kerajaan riau-lingga yang pintunya berukir kaligrafi yang melambangkan kebudayaan islam sangat berkembang pesat pada masa itu.

KOMPLEKS MAKAM ENGKU PUTERI RAJA HAMIDAH
Di dalam kompleks makam yang memiliki struktur atap bersusun dengan ornamen yang indah ini terdapat beberapa makam pembesar kerajaan riau salah satu diantaranya adalah makam Enku Puteri. Engku Puteri yang memiliki naman lahir Raja Hamidah merupakan anak dari Raja Haji Yang Dipertuan Muda Riau ke IV. Engku Puteri wafat pada tahun 1844. Selain makam Engku Puteri juga terdapat makam Raja Haji Abdullah Yang Dipertuan Muda Riau IX, dan makam Raja Ali Haji Sastrawan dari kerajaan Riau Lingga, karyanya yang terkenal adalah Gurindam Dua Belas.
KOMPLEK TENGKU BILIK
Bangunan yang megah ini menggambarkan betapa jayanya kerajaan Riau Lingga pada rentang tahun 1844. Bangunan tua yang mempunyai berarsitektur Eropa modern ini berada tepat disamping komplek makam Raja Jakfar.
ISTANA RAJA ALI
Istana Raja Ali juga dikenal dengan Istana Kantor, karena fungsi bangunan ini selain sebagai rumah juga sebagai kantor Raja Ali Yang Dipertuan Muda VIII kerajaan Riau. Komplek istana ini sangat besar, dikelilingi oleh tembok tebal lengkap dengan pintu gerbang dibagian belakangnya. Keagungan istana ini masih dapat kita lihat sampai saat ini.

*) Dari berbagai sumber di olah