Saat masih dikelola PTSI, Nilo adalah daerah penyeberangan transporasi darat dari Lirik ke Buatan dan sebaliknya. Penyebrangan menggunakan 'tugboat' (feri) yang biasa dikenal dengan PT. Ada 7 feri milik PTSI saat itu, semua feri untuk keperluan inventaris diberi label PT 1, PT 2 dst. Satu Feri melayani penyeberangan Nilo sementara lainnya standby di Japura Laut.
Di Japura Laut 'tugboat' tersebut berfungsi sebagai pendorong tongkang yang berisi alat-alat berat milik PTSI yang dikirim dengan kapal lewat Singapore, kemudian dipindahkan ke 'tugboat' didaerah Kuala Cinaku . Saat kilang-kilang minyak PTSI masih beroperasi kegiatan bongkar muat alat-alat berat dari Kapal sangat sering, banyak alat berat didatangkan guna berbagai keperluan misalnya pengeboran, bahkan mobil-mobil buatan Amerika pun diturunkan dari pelabuhan Japura Laut.
Sekarang setelah dibangun jembatan Kerinci Feri tersebut sudah tidak ada lagi. Begitu juga feri yang ada Japura Laut. Sejak 10 tahun lalu pelabuhan Japura Laut tidak digunakan lagi.
Dulu,kalau mau beli ikan sungai yang besar seperti ikan patin, selalu pergi ke Nilo, terdapat rumah makan panggung yang digunakan untuk beristirahat sambil menunggu Feri datang. Penduduk Nilo saat itu tinggal dirumah panggung atau terapung umumnya memiliki uang dollar singapore. Mereka dengan speedboat pribadi bermesin 'Johnson 80 pk' sering berbelanja keperluan ke Singapore. Berbagai alat elektronik, jam tangan merk terkenal dijual murah di Nilo. Saat itu dibeberapa tempat di kepulauan Riau jual beli masih menggunakan dollar (Singapore).