Saturday, 25 December 2010

M. Suluhuddin Noor, Mencintai Dunia Pertambangan




Mencintai profesi akan membuat pekerjaan terasa ringan. Dengan demikian, betapapun berat tugas yang diterimanya, dia bisa menikmati dan mensyukurinya.Pria kelahiran Kelua, Kalimantan Selatan, ini meniti karier di perusahaan tambang mulai dari bawah. Seusai menerima gelar insinyur perminyakan dari Institut Teknologi Bandung (ITB) tahun 1969, dia langsung mendapat pekerjaan di perusahaan pertambangan milik Amerika Serikat, Stanvac.

Saat itu, posisinya sebagai insinyur junior untuk wilayah pertambangan Pendopo, Raja, dan Abab di wilayah Sumatra Selatan.

“Sewaktu kuliah, beberapa mahasiswa terpilih untuk mendapatkan beasiswa dari Stanvac,” kata dia. Saat ini, pria yang biasa dipanggil Noor ini sedang sibuk mempersiapkan PT Benakat Petroleum Energy untuk menjadi perusahaan terbuka.

Meski menjadi mahasiswa berprestasi karena mendapat beasiswa Stanvac, pendidikannya sempat tersendat. Gelar kesarjanaan Noor sempat tertunda karena saat itu terjadi peristiwa politik KAMMI dan KAPPI. Selama delapan tahun Noor bekerja di Stanvac.
Dia memegang beragam jabatan penting, mulai dari junior engineer, senior engineer, area engineer, hingga Kepala Departemen Area Produksi. Bahkan, tahun 1972, Noor pernah dikirim Stanvac ke Amerika Serikat untuk memperdalam pengetahuannya di bidang pertambangan.

Saat Stanvac mengerjakan proyek pertambangan Pendopo di Sumatra Selatan, Noor merasakan perjuangan yang berat karena medan Pendopo sangat sulit. Untuk mencapai lokasi pertambangan itu, dia harus rela berjalan kaki sampai dua atau tiga jam, bahkan menyeberang sungai.

Tahun 1977, Noor akhirnya memutuskan keluar dari Stanvac dengan alasan rindu pada kampung dan keluarga di Kalimantan Selatan. Tak lama keluar dari Stanvac, ayah tiga anak ini menerima tawaran dari perusahaan pertambangan Vico untuk menggarap tambang minyak dan gas yang ada di Balikpapan, Kalimantan Timur.

Selama di Vico Indonesia, Noor juga mendapatkan kesempatan pelatihan ke luar negeri dengan berbagai macam bidang keilmuan, mulai dari teknikal, manajemen, hingga pelatihan pemberdayaan sumber daya manusia di beberapa universitas ternama di Amerika Serikat, seperti Harvard University, Boston University, South Weston University, hingga Chicago Uninersity.

Enam tahun memegang posisi Vice President General Manager Vico Indonesia, akhirnya ia mengundurkan diri. ”Saya menduduki jabatan Vice President General Manager terlama.
Akhirnya saya berpikir, jika di posisi ini terus, maka saya tidak ada karier lagi,” ujarnya. Pada tahun 1995, dia mendapatkan tantangan baru dari perusahaan tambang Kondur Petroleum untuk bergabung sebagai general manager.

Saat di Kondur, dia membentuk sebuah tim eksplorasi tambang yang pekerjanya semua berasal dari Indonesia, mulai dari membuat program sampai pengeboran.
Berdasarkan pengalaman itu, Noor berani menyimpulkan kalau sarjana-sarjana Indonesia terbukti mumpuni kalau diberi kesempatan.

Selanjutnya, setelah delapan tahun di Kondur, Noor sempat diminta untuk memegang jabatan strategis di beberapa perusahaan tambang ternama, seperti Energi Timur Jauh (ETJ), PT Energi Mega Persada Tbk, EMP Kangean Limited, Patina Group, dan PT Benakat Petrolium Energy Tbk.

Menurut Noor, kunci keberhasilan dalam sebuah pe kerjaan adalah rajin, jujur, dan ikhlas. “Tidak semuanya harus berhasil. Jika kita gagal, berarti kita harus introspeksi mengapa tidak berhasil. Namun jangan pernah putus asa,” nasihatnya.
Tetap Bekerja Saat ini, di usianya yang telah menginjak 68 tahun, Noor tidak kehilangan motivasi untuk tetap bekerja dan memimpin sebuah perusahaan.

Dia berprinsip selalu sehat agar bisa bekerja dengan baik. Soal hasilnya, Noor menyerahkan penilaiannya kepada orang lain. Puluhan tahun bekerja memang memberikan banyak pengalaman, termasuk pengalaman mengelola anak buah.

Sebagai pemimpin di berbagai perusahaan tambang, Noor merasakan suka dukanya menghadapi berbagai tipikal anak buah.Tidak semua anak buah sesuai dengan yang diharapkannya. Namun, dia berusaha memberikan bimbingan agar anak buahnya dapat bekerja dengan baik.

Dalam mem berikan bimbingan, dia memang tegas sehingga anak buah menganggap dia galak. Meski dianggap galak oleh anak buahnya, Noor tak mempermasalahkannya. Bahkan, kata dia, banyak anak buahnya yang justru tak sungkan-sungkan untuk selalu meminta bimbingannya.

“Segalak-galaknya saya, tidak pernah menyimpan dendam sama anak buah,” tuturnya. Dia pun berpesan agar generasi muda, khususnya insinyur pertambangan, bersedia bekerja di negeri sendiri karena sebenarnya banyak pekerjaan di sini. Selain itu, kalau mau sukses, anak muda harus mau bekerja keras dan tidak mudah menyerah apabila gagal.

Itulah Noor, yang setia mengabdi di dunia pertambangan sampai di usia tuanya. Di sela-sela kesibukannya bekerja, kakek dari lima cucu ini juga selalu berusaha membagi waktu untuk berkumpul dengan keluarga meski hanya bermain boling atau golf.


...(dari berbagai sumber)